Informasi Surat Edaran Gubernur Bali
Nomor 2021 Tahun 2020, tentang Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat selama Liburan Hari Raya Natal dan Menyambut Tahun Baru 2021 dalam Tatanan Kehidupan Era Baru di Provinsi Bali
Mengonsumsi seledri atau jus seledri masih menjadi tren kesehatan yang diminati banyak orang. Khasiat kesehatan daun ini menjadi semakin dikenal juga, termasuk manfaat seledri untuk pria. Dari sekian banyak informasi yang beredar tentang manfaat seledri untuk pria, yang paling dikenal adalah khasiatnya dalam meningkatkan kesehatan seksual pria. Namun, penelitian tentang manfaat kesehatan spesifik dari seledri masih terbatas.
Lalu, bagaimana dengan manfaat seledri untuk pria secara umum?
Manfaat Seledri untuk Pria: Mitos vs Sains
Banyak mitos tentang manfaat seledri untuk pria yang beredar di dunia maya. Berikut informasi tentang manfaat seledri untuk pria yang berasal dari penelitian ilmiah:
Apakah Seledri Meningkatkan Kadar Androsteron?
Androsteron adalah zat yang mempengaruhi produksi hormon seks testosteron. Testosteron secara alami ada pada pria maupun wanita, namun jumlahnya jauh lebih banyak ada pada pria ketimbang wanita.
Testosteron merupakan hormon yang memengaruhi karakteristik fisik pria, seperti rambut tubuh. Testosteron juga terdapat di dalam keringat manusia. Beberapa sumber mengklaim bahwa seledri kaya akan androsteron, sehingga meningkatkan kadar testosteron dan juga gairah seksual pria.
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa seledri mengandung androsteron, belum ada bukti bahwa mengonsumsi seledri atau minum jus seledri dapat meningkatkan kadar androsteron ataupun gairah seksual pria.
Apakah Seledri Termasuk Afrodisiak?
Afrodisiak adalah makanan atau obat yang meningkatkan gairah seksual. Feromon adalah hormon yang berfungsi di luar tubuh dan memiliki peran dalam berbagai situasi, termasuk ketertarikan seksual. Androsteron termasuk feromon. Androsteron juga terkandung di dalam keringat manusia, namun dalam jumlah kecil.
Beberapa pihak mengklaim bahwa seledri termasuk afrodisiak karena kandungan feromonnya ketika dikonsumsi. Namun penelitian terkait hal ini masih sangat terbatas. Diperlukan penelitian lebih banyak dan jelas untuk menentukan manfaat seledri untuk pria.
Baca Juga : Kebiasaan Nonton TV Hingga Larut Malam Tingkatkan Risiko Diabetes
Potensi Manfaat Seledri untuk Pria Lainnya
Meskipun data dan penelitian tentang efek spesifik dari seledri untuk pria masih terbatas, beberapa pihak percaya adanya potensi manfaat seledri untuk pria lainnya:
Meningkatkan Kesuburan
Seledri kaya akan vitamin C dan fitonutrien. Keduanya merupakan senyawa antioksidan tumbuhan yang mengandung bahan-bahan anti-inflamasi. Selain dapat membantu menurunkan risiko penyakit, antioksidan juga dapat meningkatkan kesehatan seksual pria.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan tinggi antioksidan dapat meningkatkan jumlah dan motilitas (kemampuan bergerak) sperma. Keduanya merupakan faktor penting dalam kesuburan pria. Namun, dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memastikan efek seledri terhadap kesuburan pria tersebut.
Dapat Menurunkan Tekanan Darah
Seledri ataupun jus seledri juga dipercaya dapat mengontrol tekanan darah. Hal ini kemungkinan besar karena kandungan nitrat di dalam seledri. Nitrat dapat meningkatkan kesehatan jantung dan menurunkan tekanan darah.
Selain itu, tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi pada pria. Mengonsumsi beragam buah dan sayuran, termasuk seledri, kemungkinan besar dapat membantu menyembuhkan disfungsi ereksi.
Kaya akan Vitamin K
Seledri merupakan salah satu sumber vitamin K. Satu cangkir seledri (124 gram) mengandung 30% dari rekomendasi asupan harian vitamin K untuk pria. Vitamin K merupakan nutrisi penting untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang.
Sumber : guesehat.com
Faktor gaya hidup menjadi faktor utama peningkatan jumlah penderita diabetes di seluruh dunia. Selain hidup kurang gerak dan konsumsi makanan tinggi kalori sehingga menyebabkan kegemukan, ternyata kebiasaan nonton TV di malam hari hingga larut malam juga meningkatkan risiko diabetes atau memperburuk kondisi diabetes.
Cahaya Biru Elektronik Membangkitkan Rasa Lapar
Diabetes tipe 2 tidak datang tiba-tiba, namun diawali dengan kondisi yang disebut resistensi insulin. Ini adalah suatu kondisi ketika sel-sel tubuh tidak merespon dengan baik terhadap hormon insulin. Resistensi insulin adalah faktor pendorong yang menjadi awal diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan pradiabetes.
Banyak penyebab terjadinya resistensi insulin. Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa kebiasaan melihat layar elektronik yang memancarkan sinar biru dalam waktu lama di malam hari bisa meningkatkan resistensi insulin sehingga menempatkan seseorang pada risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2. Dan, bagi yang sudah memiliki diabetes tipe2, bisa memperburuk kondisinya.
Paparan sinar biru yang berasal dari perangkat elektronik di malam hari diduga dapat meningkatkan rasa lapar dan mengubah metabolisme seseorang. Melalui penelitian ditemukan bahwa rasa lapar akan muncul 15 menit setelah terpapar cahaya biru, yang bisa berasal dari televisi, laptop, maupun ponsel, dan bertahan hingga dua jam setelah makan. Paparan cahaya biru juga menurunkan rasa kantuk dan meningkatkan resistensi insulin.
Dari temuan ini kemudian peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang terpapar cahaya biru memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan respons insulin yang lebih rendah.
Dalam studi lain yang diterbitkan di Library of Medicine, paparan cahaya biru ternyata bisa mengubah fungsi metabolisme pada orang dewasa dengan berat badan normal. Orang yang banyak menghabiskan malam dengan menonton televisi atau main handphone memiliki nilai puncak glukosa yang lebih tinggi secara signifikan, dibandingkan orang yang tidur dengan cahaya redup.
Baca Juga : 7 Manfaat Yoga untuk Pria
Cara Mencegah Resistensi Insulin
Resistensi insulin adalah awal dari diabetes tipe 2. Kondisi ini ditandai dengan berkurangnya kemampuan sel untuk merespons insulin yang mengangkut glukosa keluar dari aliran darah dan masuk ke sel-sel tubuh.
Akibatnya kadar gula tetap tinggi di dalam darah dan ini ditangkap otak dengan mengeluarkan lebih banyak insulin. Akibatnya terjadi peningkatan rasa lapar, tekanan darah tinggi, dan penambahan berat badan.
Namun, resistensi insulin belum bisa disebut diabetes. Biasanya, dokter menyebut kondisi tersebut sebagai prediabetes. Prediabetes adalah salah satu kondisi saat gula darah sudah di atas ambang normal, namun belum cukup tinggi untuk dikatakan diabetes.
Belum terlambat untuk menghindari diabetes bagi yang sudah mengalami resistensi insulin. Laporan dari American Heart Association menunjukkan bahwa setiap orang bisa menurunkan risiko diabetes tipe 2 dengan mengubah gaya hidup, khususnya menurunkan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik, seperti olahraga.
Sumber : guesehat.com