Bali Royal Hospital
  • Layanan
    • Layanan Medis
      • Layanan 24 Jam
      • Layanan Penunjang Medis
      • Layanan Rawat Jalan
      • Fasilitas Penunjang
      • Layanan Rawat Inap
    • Layanan Unggulan
      • Royal Sport Therapy
    • Layanan Khusus
      • Royal Orthopaedi Services
      • Royal Beauty Clinic
      • Laser Urology & ESWL
      • Hemodialisa
      • Dry Needling
    • International Services
  • Royal Wellness ✨
  • Dokter Spesialis
  • Tarif Kamar Rawat Inap
  • MCU
  • Info
    • Profil RS
    • BROS Mobile
    • Artikel
    • Video
    • Kegiatan & Berita
    • Karir
    • Asuransi Mitra
  • Language: Indonesia
    • Indonesia Indonesia
    • English English
  • Layanan
    • Layanan Medis
      • Layanan 24 Jam
      • Layanan Penunjang Medis
      • Layanan Rawat Jalan
      • Fasilitas Penunjang
      • Layanan Rawat Inap
    • Layanan Unggulan
      • Royal Sport Therapy
    • Layanan Khusus
      • Royal Orthopaedi Services
      • Royal Beauty Clinic
      • Laser Urology & ESWL
      • Hemodialisa
      • Dry Needling
    • International Services
  • Royal Wellness ✨
  • Dokter Spesialis
  • Tarif Kamar Rawat Inap
  • MCU
  • Info
    • Profil RS
    • BROS Mobile
    • Artikel
    • Video
    • Kegiatan & Berita
    • Karir
    • Asuransi Mitra
  • Language: Indonesia
    • Indonesia Indonesia
    • English English
Nyeri Dada dan Sesak Napas Hati-Hati Bradikardia Mengintai
Link Enlarge

Nyeri Dada dan Sesak Napas? Hati-Hati Bradikardia Mengintai

Bali Royal Hospital January 17, 2022 Artikel 0

“Bradikardia adalah kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat dari biasanya. Beberapa gejala yang menandakan bradikardia adalah sesak napas dan nyeri dada. Hati-hati, bradikardia parah yang dibiarkan tanpa penanganan bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius. Contohnya seperti hipertensi dan gagal jantung.”

Beberapa gejala yang menandakan bradikardia adalah sesak napas dan nyeri dada. Jadi, hati-hati bila kamu sering mengalami sesak napas dan nyeri dada karena bisa jadi ada bahaya bradikardia yang mengintai kamu. Lantas, apa yang perlu diwaspadai dari bradikardia?

Ketahui Apa Itu Bradikardia

Detak jantung normal seseorang memang berbeda-beda, karena hal itu tergantung usia. Namun, umumnya jantung orang dewasa yang sehat berdetak sekitar 60–100 kali dalam satu menit. Sementara pada anak-anak berusia 1–12 tahun, jantungnya berdetak 80–110 kali dalam satu menit.
Pada bayi di bawah satu tahun, jantung berdetak lebih cepat, yaitu 100–160 kali dalam semenit. Namun, pada kasus bradikardia, detak jantung seseorang berada di bawah 60 denyut per menit. Detak jantung yang lambat, sebenarnya masih dianggap normal dan sehat jika dialami oleh:

  • Orang dewasa yang aktif secara fisik dan sering mengalami detak jantung yang lebih pelan dari 60 kali per menit, tapi tidak menyebabkan masalah.
  • Orang yang sedang tidur nyenyak, karena saat tertidur pulas, detak jantung memang mungkin melambat di bawah 60 kali per menit.
  • Orang lanjut usia.

Meski demikian, kamu sebaiknya tidak menyepelekan bradikardia, karena kondisi ini bisa menjadi pertanda dari adanya masalah pada sistem elektrik jantung. Untuk mengetahui normal atau tidaknya detak jantung, kamu bisa menghitung denyut nadi di pergelangan tangan selama 1 menit. Namun, pemeriksaan ke dokter lebih dianjurkan karena bisa mengukur detak jantung secara akurat.

Baca Juga: Jangan Asal Pijat, Keseleo Butuh Fisioterapi

Hal yang Menyebabkan Bradikardia

Sejumlah kondisi bisa menyebabkan tanda dan gejala bradikardia. Sangat penting untuk mendapatkan diagnosis sedini mungkin, akurat, dan perawatan yang tepat. Segera buat jadwal kunjungan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc jika kamu atau keluarga serumah memiliki gejala bradikardia.
Perlu diketahui, bradikardia disebabkan oleh:

  • Kerusakan jaringan jantung yang berhubungan dengan penuaan.
  • Kerusakan jaringan jantung akibat penyakit jantung atau serangan jantung.
  • Gangguan jantung sejak lahir (cacat jantung bawaan).
  • Infeksi jaringan jantung (miokarditis).
  • Komplikasi operasi jantung.
  • Kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme).
  • Ketidakseimbangan bahan kimia dalam darah, seperti kalium atau kalsium.
  • Gangguan pernapasan berulang saat tidur (obstructive sleep apnea).
  • Penyakit radang, seperti demam rematik atau lupus.
  • Obat-obatan, termasuk beberapa obat untuk gangguan irama jantung lainnya, tekanan darah tinggi dan psikosis.

Ketahui Gejala Bradikardia

Melambatnya detak jantung, sebenarnya tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, bila kondisi ini sering terjadi dan disertai dengan gangguan irama jantung (aritmia), maka bradikardia akan menyebabkan organ dan jaringan tubuh lain tidak bisa mendapatkan pasokan darah yang cukup.

Akibatnya, tak hanya sesak napas dan nyeri dada, pasokan darah ke organ dan jaringan tubuh yang terganggu juga akan menimbulkan gejala-gejala berikut:

  • Pusing.
  • Mudah lelah saat beraktivitas fisik.
  • Pingsan.
  • Kebingungan.
  • Kulit menjadi pucat.
  • Sianosis, yaitu warna kulit menjadi kebiruan.
  • Perut terasa nyeri.
  • Gangguan penglihatan.
  • Sakit kepala.
  • Rahang atau lengan juga terasa sakit.
  • Lemas.

Jadi, bila kamu sering mengalami sesak napas atau sakit pada dada selama beberapa menit, sebaiknya segera kunjungi dokter.

Cara Mendiagnosis Bradikardia

Bila kamu mencurigai adanya tanda-tanda bradikardia, kamu sebenarnya bisa melakukan pemeriksaan secara mandiri terlebih dahulu sebelum pergi ke dokter. Caranya adalah dengan menghitung denyut nadi di pergelangan tangan selama satu menit, untuk mengetahui apakah detak jantung kamu normal atau tidak.

Selain di pergelangan tangan, kamu juga bisa memeriksa denyut nadi yang ada di leher. Sebaiknya, pemeriksaan ini dilakukan ketika kamu sedang dalam kondisi beristirahat. Namun, untuk hasil yang lebih akurat, kamu tetap dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter.

Sebelum mulai melakukan pemeriksaan, pertama-tama dokter akan menanyakan gejala yang kamu alami, riwayat penyakit yang pernah dimiliki, riwayat kesehatan keluarga, dan obat-obatan yang kamu konsumsi. Kemudian, baru dokter akan memeriksa tekanan darah dan detak jantung dengan menggunakan stetoskop.

Mendeteksi bradikardia tidaklah mudah, karena detak jantung yang melambat tidak terjadi sepanjang waktu. Oleh karena itu, dokter mungkin juga perlu melakukan tes elektrokardiografi (EKG). Tes ini tidak menyebabkan rasa sakit dan mampu memeriksa aliran listrik yang ada pada jantung.

Baca Juga: Inilah 5 Manfaat Melatih Otot Kaki

Bila hasil tes melalui EKG menunjukkan kondisi normal, tapi kamu masih mengalami gejala-gejala bradikardia, maka dokter akan menganjurkan kamu untuk melakukan pemeriksaan dengan menggunakan holter monitoring. Alat ini memungkinkan dokter untuk melihat aliran listrik pada jantung pengidap selama satu harian penuh saat mereka beraktivitas. Namun, holter monitoring sebaiknya dilakukan atas anjuran dan diawasi oleh dokter agar bisa mendapatkan hasil sesuai kebutuhan.
Bradikardia sebaiknya segera diobati, sebab bradikardia parah yang dibiarkan tanpa penanganan bisa menyebabkan komplikasi serius. Salah satunya adalah gagal jantung.

Bagaimana Penanganan Bradikardia?

Jika dokter mendiagnosis bahwa kamu mengalami bradikardia, rencana perawatan akan didasarkan pada kemungkinan penyebab masalah. Misalnya, jika penyebabnya adalah hipotiroidisme, dokter akan memberikan terapi yang sesuai untuk mengatasi kondisi tersebut. Dalam beberapa kasus, bradikardia juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu.

Untuk mengatasi hal ini, dokter akan mengganti obat yang mungkin memperlambat jantung, menurunkan dosis, atau bahkan menghentikan pengobatan.

Apabila pengobatan di atas tidak berhasil dan kondisi pengidapnya cukup serius, atau bahkan bisa membahayakan otak dan organ lain, mungkin diperlukan alat pacu jantung. Ahli bedah akan memasukkan perangkat kecil ini ke dalam dada. Alat tersebut berupa kabel tipis dan fleksibel, yang disebut lead, yang memanjang ke jantung.

 

Sumber:

Halodoc. Diakses pada 2021. Nyeri Dada dan Sesak Napas? Hati-Hati Bradikardia Mengintai

 

kalvridigital.id

Share This
Link Enlarge

4 Perbedaan Hamil Bayi Laki-Laki dan Perempuan Dilihat dari Sisi Medis

Bali Royal Hospital January 14, 2022 Artikel 0

Sebagai contoh, bentuk perut yang mengandung bayi perempuan cenderung bulat, sedangkan bentuk hamil anak laki-laki lebih lancip.

Mitos perbedaan hamil bayi laki-laki dan perempuan

Mengutip New Parent Support, dokter atau bidan sudah bisa menentukan jenis kelamin bayi saat usia kehamilan 18 atau 21 minggu (hamil 5 bulan). Bila bayi laki-laki, maka skrotum sudah turun dari perut. Sedangkan pada bayi perempuan, vagina sudah terbentuk.

1. Morning sickness lebih parah jika hamil bayi perempuan

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa ciri-ciri hamil bayi perempuan adalah morning sickness yang sangat parah daripada bayi laki-laki. Benarkah?

Berdasarkan penelitian dari Brain, Behavior, and Immunity, ibu hamil yang mengandung bayi perempuan lebih sering mengalami morning sickness yang lebih parah.

Selain itu, sistem kekebalan tubuh ibu hamil yang mengandung bayi perempuan lebih rentan mengalami peradangan karena bakteri. Hal ini karena sistem kekebalan tubuh ibu hamil melemah selama fase kehamilan. Meski begitu, penelitian ini masih dalam ruang lingkup kecil, hanya melibatkan 80 wanita yang sedang mengandung (46 hamil janin laki-laki, 34 ibu hamil janin perempuan).

2. Tingkat stres lebih tinggi ketika hamil bayi perempuan

Selama kehamilan, mood atau suasana hati ibu hamil tidak stabil dan sebagian orang percaya hal itu berpengaruh pada jenis kelamin bayi. Berdasarkan penelitian dari Fertility and Sterility, ibu hamil yang mengandung bayi perempuan memiliki kadar kortisol (hormon stres) lebih tinggi daripada hamil bayi laki-laki.

Penelitian dari Journal of Biosocial Science juga meneliti angka kelahiran bayi laki-laki di pulau Zakynthos, Yunani pasca gempa tahun 2006. Dua tahun setelah gempa bumi, angka kelahiran bayi laki-laki menurun karena tingkat stres pada ibu hamil meningkat.

Baca Juga: Bisakah Ibu Melahirkan Normal Tanpa Rasa Sakit?

3. Bentuk perut lancip ciri-ciri hamil bayi laki-laki

Tentu Anda pernah mendengar mitos bentuk perut ibu hamil yang menjadi tanda jenis kelamin tertentu. Lalu, benarkah bentuk perut yang lancip adalah ciri-ciri hamil bayi laki-laki?

Tidak ada hubungan antara jenis kelamin bayi dengan bentuk perut ibu hamil. Maka dari itu, perut berbentuk bulat atau lancip sebagai ciri-ciri mengandung bayi perempuan dan laki-laki, termasuk ke dalam mitos.

4. Kulit lebih cerah ciri-ciri hamil bayi perempuan

Sebagian orang menganggap, perbedaan hamil bayi laki-laki dan perempuan terlihat pada kondisi kulitnya atau pregnancy glow. Mitos mengaitkan pregnancy glow dengan ciri-ciri hamil bayi perempuan, bukan bayi laki-laki, benarkah?
Volume darah yang meningkat membuat aliran darah ke pembuluh darah lebih banyak, sehingga membuat kulit kenyal dan merona. Namun, belum ada penelitian yang menunjukkan kalau pregnancy glow menjadi perbedaan antara hamil bayi laki-laki dan perempuan.

5. Hamil bayi laki-laki degup jantung cepat

Benarkah detak jantung yang cepat (140 detak per menit) adalah ciri-ciri hamil bayi laki-laki?
Mengutip dari John Hopkins Medicine, tidak ada perbedaan antara detak jantung saat ibu hamil bayi laki-laki dan perempuan. Sekitar usia kehamilan 5 minggu, detak jantung janin hampir sama dengan ibu, sekitar 80-85 detak per menit.
Degup jantung janin semakin bertambah sampai usia janin 9 minggu, sekitar 170-200 detak per menit. Kemudian melambat pada pertengahan kehamilan, 120-160 detak per menit. Mendeteksi jenis kelamin janin bisa Anda lakukan dengan pemeriksaan USG di rumah sakit atau bidan.

Sumber: hellosehat.com

Share This
Kandungan-Makanan-Cepat-Saji-(Fast-Food)-dan-Risikonya
Link Enlarge

Kandungan Makanan Cepat Saji (Fast Food) dan Risikonya

Bali Royal Hospital January 12, 2022 Artikel 0

Makan di restoran cepat saji memang menggoda, terlebih berkat kepraktisan, harga terjangkau, dan rasanya yang nikmat. Namun, konsumsi makanan cepat saji tentu memiliki sejumlah dampak buruk yang perlu Anda waspadai.

Makanan cepat saji atau fast food adalah jenis makanan yang bisa dipersiapkan dan disajikan dalam waktu cepat sehingga dapat segera dikonsumsi. Jenis makanan ini umumnya populer karena harganya yang relatif mudah, rasanya yang enak, serta praktis mudah dibawa ke mana saja.

Tak heran, fast food sering menjadi pilihan menu makan siang ketika Anda tengah menjalani rutinitas harian yang padat. Istilah makanan cepat saji yang populer dengan sebutan fast food sering disamakan dengan junk food, padahal keduanya berbeda.

Fast food merujuk pada penyajian makanan yang cepat dan praktis, sedangkan junk food mengacu pada makanan dengan nilai gizi yang sangat rendah. Tidak semua fast food tergolong junk food karena sebagian masih tergolong bernutrisi dan bermanfaat bagi tubuh Anda, misalnya burger atau salad.

Di sisi lain, junk food jelas tidak baik untuk kesehatan karena minim zat gizi penting, seperti bahaya kentang goreng yang tinggi kandungan lemak jenuh.

Kandungan makanan Fast Food

Sebagian besar fast food terbuat dari produk beku, misalnya daging burger dan kentang goreng yang akan dipanaskan atau digoreng kembali sebelum disajikan.

Proses penyimpanan dan pemasakan ini membuat makanan siap saji tinggi kandungan bahan-bahan seperti berikut ini.

1. Gula

Saus, salad dressing, hingga minuman ringan dalam makanan cepat saji tinggi kandungan gula yang sangat mudah diserap oleh tubuh Anda. Makan terlalu banyak gula bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

2. Garam

Garam atau natrium digunakan untuk menambahkan rasa makanan. Hal ini juga bermanfaat sebagai zat pengawet untuk memperpanjang umur simpan fast food. Makanan cepat saji yang tinggi garam terkait dengan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, dan penyakit ginjal.

3. Lemak

Proses penggorengan fast food meningkatkan lemak trans yang menyebabkan peningkatan kadar kolesterol jahat atau LDL (low-density lipoprotein) dalam aliran darah. Kondisi ini akan memicu kolesterol tinggi sehingga Anda makin berisiko mengalami penyakit kardiovaskular atau stroke. Selain gula, garam, dan lemak, fast food juga mengandung sejumlah zat aditif lain, termasuk pengawet dan pewarna makanan.

Baca Juga: Vitamin C, Si Penangkal Demam Berdarah Saat Musim Hujan Tiba

Dampak buruk konsumsi fast food secara berlebihan

Makan makanan siap saji sesekali memang tidak ada salahnya, tetapi sebagian orang kadang mengonsumsinya terlalu sering atau dalam porsi berlebihan.

Kandungan fast food yang tinggi gula, garam, dan lemak telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kronis, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Maka dari itu, penting bagi Anda untuk mengetahui sejumlah dampak buruk dari konsumsi fast food seperti berikut ini.

1. Meningkatkan risiko penyakit kronis

Makanan cepat saji tinggi akan kandungan gula, garam, dan lemak yang dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah pada tubuh Anda. Hal ini tentu akan menyebabkan peningkatan risiko penyakit kronis, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, hingga stroke.

Studi dalam jurnal Circulation (2012) mencatat kebiasaan makan 2–3 kali fast food per minggu meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner dan diabetes tipe 2.

2. Menimbulkan masalah pernapasan

Makan fast food secara berlebihan akan memperbanyak asupan kalori harian. Hal ini tentu dapat menyebabkan Anda mengalami kenaikan berat badan. Obesitas juga bisa menimbulkan gangguan pernapasan, termasuk asma dan sesak napas.

Masalah pernapasan ini dapat terjadi karena penambahan berat badan akan memberikan tekanan ekstra pada jantung dan paru-paru. Akibatnya, Anda lebih berisiko mengalami kesulitan bernapas, terutama saat berjalan kaki, menaiki tangga, atau berolahraga.

3. Membuat gigi dan tulang keropos

Gula dalam makanan siap saji bisa meningkatkan keasaman mulut. Kemudian, asam ini dapat merusak lapisan enamel gigi sehingga lebih mudah berlubang. Obesitas juga dapat memengaruhi kepadatan tulang. Tulang akan semakin keropos dan rapuh karena tidak mampu menopang berat badan Anda. Akibatnya, orang dengan obesitas juga lebih rentan jatuh dan berisiko mengalami patah tulang.

4. Menyebabkan gangguan kesuburan

Di samping gula, garam, dan lemak, bahan tambahan lain dalam makanan cepat saji bisa saja berdampak pada kesuburan Anda. Sebuah studi dalam Environmental Health Perspectives (2016) menemukan bahwa fast food mengandung ftalat (phthalates) yang bisa mengganggu kerja hormon reproduksi.

Paparan bahan kimia dalam jumlah tinggi dan terus-menerus dapat memengaruhi kualitas sperma dan menimbulkan gangguan kesuburan pada pria.

Baca Juga: Cara Memadamkan Sensasi Terbakar di Mulut setelah Makan Pedas

Tips sehat makan makanan cepat saji

Seperti dalam penjelasan di atas, tak selamanya makanan siap saji merupakan junk food yang berdampak buruk bagi kesehatan tubuh Anda.

Asalkan memilih jenis fast food yang tepat, Anda masih bisa mendapatkan diet sehat dari makanan cepat saji yang tetap bergizi seimbang.

Berikut ini adalah sejumlah tips makan sehat di restoran fast food yang perlu Anda perhatikan.

  • Pesan menu makanan dengan porsi terkecil, bila perlu pertimbangkan menu makanan untuk anak-anak.
  • Pilih opsi makanan yang dipanggang, daripada makanan yang digoreng dan bertepung, seperti ayam krispi atau fish fillet.
  • Jika tidak tersedia, pilihlah dada ayam atau daging sapi tanpa lemak yang lebih sehat.
  • Hanya konsumsi menu pendamping yang sehat, seperti salad sayuran, buah-buahan segar, yoghut, atau kentang panggang.
  • Hindari menggunakan saus sambal, saus tomat, atau salad dressing secara berlebihan.
  • Pesan minuman dengan kandungan kalori rendah, seperti air mineral, es teh tanpa pemanis, atau soda diet.

Sementara itu, konsumsi makanan cepat saji sebenarnya juga dapat Anda padukan dengan makanan tinggi serat dan nutrisi lainnya.

Anda bisa mengganti roti burger dengan roti gandum gandum utuh yang lebih sehat. Tambahan buah-buahan dan sayuran segar sebagai salah juga bisa jadi opsi terbaik.

Hal yang terpenting adalah hindari makan fast food secara berlebihan. Selalu perhatikan porsi dan imbangi dengan diet sehat setelah Anda mengonsumsinya.

Sumber: hellosehat.com

Share This
Link Enlarge

Bu! Ini Tips agar Cepat Sembuh Setelah Operasi Caesar

Bali Royal Hospital January 10, 2022 Artikel 0

Setelah kehamilan, masa yang ditunggu-tunggu berikutnya tentunya melahirkan. Bila Anda memilih operasi caesar sebagai metode persalinan, Anda mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk pulih. Masa pemulihan pasca-operasi caesar berlangsung selama 4-6 minggu. Lamanya bisa berbeda-beda tergantung kondisi tubuh setelah persalinan dan perawatan yang diberikan.

Bu!-Ini-Tips-agar-Cepat-Sembuh-Setelah-Operasi-Caesar

Agar cepat pulih setelah menjalani operasi caesar, beberapa tips berikut ini mungkin bisa Anda ikuti.

1. Banyak beristirahat

Setiap orang yang telah menjalani operasi (termasuk operasi sesar) harus banyak beristirahat selama masa pemulihan.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sistem imun tubuh sehingga lebih cepat sembuh. Namun, Anda mungkin kesulitan mencukupi waktu beristirahat karena harus merawat bayi yang baru lahir sekaligus mengurus pekerjaan rumah.

Tips operasi setelah caesar agar cepat sembuh yaitu dengan menyeimbangkan waktu antara merawat bayi dengan beristirahat, misalnya ikut tidur saat si kecil terlelap. Jangan ragu meminta bantuan pasangan, keluarga, teman dekat, atau tetangga yang bisa dipercaya untuk mengurus rumah selama masa pemulihan caesar.

2. Mengelola emosi dengan baik

Agar cepat sembuh dan pulih setelah operasi caesar, kesehatan mental ibu juga perlu diperhatikan. Melahirkan dan menjadi orangtua bukanlah perkara mudah. Beberapa orang bisa mengalami trauma bahkan depresi sehingga membahayakan diri sendiri dan bayi yang baru lahir.

Tips berikutnya setelah operasi caesar agar cepat sembuh adalah sedapat mungkin menghindari berbagai hal yang memicu emosi negatif. Ceritakan apa yang Anda rasakan kepada pasangan agar ia memahami kondisi Anda. Bila perlu, berkonsultasilah dengan tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater.

Baca Juga: Mengenal Teknik Persalinan ERACS, Operasi Caesar yang Lebih Nyaman

3. Mencegah luka bekas operasi terbuka kembali

Anda sebenarnya bisa tetap aktif bergerak selama masa pemulihan. Namun, kegiatan yang disarankan pascaoperasi caesar biasanya sebatas berjalan kaki santai. Lakukan kegiatan ini secara rutin agar tubuh Anda senantiasa bugar selama pemulihan. Pastikan kegiatan tersebut tidak terlalu berat untuk Anda.

Aktivitas tertentu juga dapat membuat luka bekas operasi sesar terbuka kembali sehingga menghambat pemulihan. Sebelum Anda benar-benar pulih, jangan terlalu sering naik-turun tangga ataupun mengangkat beban yang lebih berat dari bayi Anda. Tips setelah operasi caesar agar cepat sembuh bisa dilakukan dengan menjaga luka bekas operasi dengan memegang perut Anda setiap kali batuk atau bersin.

Tunda kegiatan bekerja, berkendara, dan berhubungan intim setelah melahirkan caesar sebelum mendapat lampu hijau dari dokter.

4. Meminum obat pereda nyeri yang diresepkan dokter

Luka bekas operasi caesar bisa menimbulkan nyeri hebat yang berkepanjangan. Cara cepat penyembuhan setelah operasi caesar dengan meminum obat pereda nyeri sesuai anjuran dokter. Jangan hanya meminumnya saat luka terasa nyeri ataupun mengurangi dosisnya tanpa berkonsultasi.

Selain itu, sebagai salah satu tips setelah operasi caesar agar cepat sembuh, Anda dapat menggunakan kompres dingin atau hangat untuk meredakan nyeri pada bekas luka operasi. Apabila rasa nyeri tidak kunjung berkurang setelah beberapa hari, periksakan diri Anda ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.

Baca Juga: 3 Cara Mudah untuk Meningkatkan Rasa Bahagia

5. Mencukupi kebutuhan nutrisi

Kebutuhan nutrisi adalah aspek yang sangat penting sebagai salah satu cara cepat penyembuhan operasi caesar. Berbagai nutrisi yang Anda konsumsi menentukan kesehatan Anda dan bayi, kualitas ASI, serta pemulihan luka bekas operasi caesar.

Mencukupi-kebutuhan-nutrisi

Selama masa pemulihan, Anda perlu mencermati tips berikut:

  1. Mengonsumsi lebih banyak sumber protein, seperti telur, ayam, susu, kacang-kacangan, tempe, tahu, keju, yogurt, dan suplemen protein.
  2. Memenuhi kebutuhan kalori harian. Jika porsi makan 3 kali sehari terlalu besar untuk Anda, cobalah membaginya menjadi 5-6 porsi yang lebih kecil.
  3. Minum cukup air, setidaknya 1,5-2 liter setiap hari.
  4. Mengonsumsi makanan yang bervariasi. Utamakan bahan makanan alami.
  5. Batasi makanan tinggi lemak, gula, dan garam.

6. Merawat luka bekas operasi dengan baik

Selain mengatasi rasa nyeri yang mungkin ditimbulkan pada luka bekas operasi, Anda juga perlu merawat luka tersebut dengan baik agar cepat sembuh.

Melansir American Academy of Dermatology Association, dalam merawat luka bekas sayatan, cobalah melakukan hal-hal berikut:

  1. Selalu jaga kebersihan bekas luka.
  2. Gunakan petroleum jelly untuk menjaga kelembapan luka.
  3. Setelah membersihkan luka dan mengoleskan petroleum jelly atau salep serupa, kemudian tutupi kulit dengan perban berperekat.
  4. Gantilah perban setiap hari untuk menjaga luka tetap bersih
  5. Setelah luka bekas operasi sembuh, Anda bisa mengoleskan tabir surya di sekitar perut Anda agar warna kulit Anda tidak belang.

Perawatan luka bekas operasi caesar yang tepat juga salah satu tips setelah operasi caesar agar cepat sembuh.

Sumber: hellosehat.com

 

Share This
Infeksi-pada-Sistem-Saraf-yang-Bisa-Fatal-Bila-Dibiarkan
Link Enlarge

Infeksi pada Sistem Saraf yang Bisa Fatal Bila Dibiarkan

Bali Royal Hospital January 7, 2022 Artikel 0

Infeksi saraf adalah bentuk penyakit infeksi yang menyerang sistem saraf. Sistem saraf itu sendiri terdiri dari sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, serta saraf tepi atau perifer. Disebut penyakit infeksi karena kondisi medis ini disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur. Sebagaimana kebanyakan penyakit infeksi lainnya, infeksi pada sistem saraf pusat juga merangsang respons imun tubuh.

Ini menyebabkan sel darah putih pindah ke area infeksi untuk menyerang bakteri, virus, atau jamur yang menjadi penyebabnya. Adapun ini menimbulkan kelebihan cairan dan plasma di area tersebut sehingga terjadi peradangan dan pembengkakan.

Bila terjadi di otak, kondisi ini bisa menekan otak. Jika tak segera mendapat penanganan, gangguan saraf jangka panjang atau bahkan kematian bisa terjadi.

Jenis-jenis infeksi pada sistem saraf

Penyakit infeksi saraf umum terjadi pada sistem saraf pusat, seperti otak dan sumsum tulang belakang. Berikut adalah jenis penyakit saraf tersebut.

  • Ensefalitis, yaitu peradangan pada otak akibat infeksi virus, seperti herpers simplex virus (HSV). Pada kondisi yang jarang, infeksi bakteri dan jamur juga bisa menyebabkannya.
  • Meningitis, yaitu peradangan pada selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang (meninges) yang terjadi karena infeksi virus atau bakteri.
  • Abses otak. Kondisi ini terjadi jika infeksi bakteri atau jamur menyebar ke otak dan menyebabkan penumpukan nanah yang menghancurkan sel-sel saraf.

Selain tiga jenis yang umum tersebut, beberapa penyakit infeksi di jaringan lainnya juga bisa menyerang saraf dan otak. Ini meliputi penyakit Lyme, tuberkulosis (TB), sifilis, dan AIDS.

Apa gejala penyakit infeksi pada sistem saraf?

Tanda dan gejala penyakit ini bisa berbeda pada tiap orang. Perbedaan ini tergantung pada usia penderita, jenis infeksi yang menyerang, dan tingkat keparahannya.

Gejala dari ensefalitis yang umum, yaitu:

  • sakit kepala,
  • demam,
  • nyeri otot atau sendi,
  • kelelahan, serta
  • mual dan muntah.

Pada kondisi parah, ensefalitis bisa menyebabkan kebingungan, agitasi, halusinasi, kejang, masalah dengan bicara dan pendengaran, atau bahkan hilang sensasi dan koma.

Baca Juga: 3 Cara Mudah untuk Meningkatkan Rasa Bahagia

Adapun gejala dari meningitis yang umum, yaitu:

  • demam tinggi,
  • leher kaku,
  • sakit kepala parah,
  • mual atau muntah,
  • kejang,
  • mengantuk,
  • kebingungan atau sulit konsentrasi,
  • sensitif terhadap cahaya,
  • tidak nafsu makan, dan
  • ruam kulit.

Pada bayi, gejala ensefalitis dan meningitis sering kali menimbulkan tonjolan di bagian lunak di atas kepala bayi (fontanel). Adapun abses otak sering kali menimbulkan gejala sakit kepala, muntah, mengantuk, atau bahkan koma.

Apa penyebab dan faktor risiko infeksi pada sistem saraf?

Seperti penjelasan sebelumnya, penyebab penyakit ini adalah infeksi virus, bakteri, atau jamur yang menyerang sistem saraf. Virus, jamur, dan bakteri tersebut masuk ke otak dan sumsum tulang belakang melalui darah, sel saraf, atau tulang yang patah.

Begitu masuk ke area tersebut, mikroorganisme ini berkembang, kemudian tubuh meresponsnya dengan memicu peradangan dan pembengkakan. Selain yang langsung berkembang di otak dan sumsum tulang belakang, ada pula infeksi saraf yang terjadi di bagian tubuh lain, tetapi memengaruhi sistem saraf.

Mayo Clinic menyebut, pada kondisi ini, kekebalan tubuh tidak hanya menyerang sel penyebab infeksi, tetapi juga secara keliru menyerang sel-sel sehat di otak. Pada kondisi ini, gejala biasanya muncul beberapa minggu setelah infeksi awal. Adapun jenis virus yang umum bisa menyerang sistem saraf, yaitu herpes simplex virus (HSV), enterovirus, Epstein-Barr Virus (EBV), varicella zoster virus, atau virus lainnya. Beberapa virus ini bisa menginfeksi manusia lewat gigitan nyamuk.

Sementara bakteri yang bisa menyebabkan penyakit ini, yaitu Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae, atau Listeria monocytogenes. Bakteri-bakteri ini umum menyebar melalui batuk, bersin, berciuman, atau berbagi peralatan.

Bagaimana dokter mendiagnosis penyakit ini?

Dokter akan mendiagnosis infeksi pada sistem saraf, termasuk pusat, dengan mencari tanda-tanda atau gejala dari penyakit ini.

Selain itu, dokter juga akan melakukan berbagai tes pemeriksaan berikut untuk memastikan diagnosisnya.

  • Tes darah dan/atau tes urine, untuk memastikan adanya virus atau mikroorganisme lainnya.
  • CT scan kepala atau MRI, untuk mengetahui apakah ada pembengkakan otak atau kondisi lain yang menimbulkan gejala, seperti tumor otak.
  • Lumbal pungsi, untuk mengambil sampel cairan serebrospinal guna mengetahui adanya infeksi.

Beberapa tes pemeriksaan lain pun mungkin akan dokter butuhkan, seperti elektroensefalografi (EEG) untuk mengetahui apakah ada kondisi medis lain yang mungkin menyebabkan gejala.

Konsultasikan dengan dokter untuk jenis pemeriksaan yang tepat.

Apa saja pengobatan yang umum dokter berikan?

Pengobatan untuk infeksi di sistem saraf pusat tergantung pada jenis infeksi, lokasi terjadinya infeksi, serta kondisi pasien secara menyeluruh.

Sementara infeksi yang terjadi akibat virus umumnya membutuhkan obat antivirus. Meski demikian, obat antivirus mungkin tidak efektif pada beberapa jenis virus.

Selain obat antivirus, Anda pun perlu beristirahat yang cukup serta minum banyak cairan.

Anda pun mungkin perlu mengonsumsi beberapa obat lainnya yang dapat membantu meredakan gejala, seperti obat antiinflamasi atau obat antikejang.

Baca Juga: Penyebab Jempol Tangan Sakit dan Cara Mengatasinya

Bagaimana mencegah infeksi pada sistem saraf?

Beberapa cara berikut bisa membantu mencegah penyakit infeksi yang menyerang sistem saraf.

  • Rutin cuci tangan menggunakan sabun dan air, terutama sebelum makan, setelah menggunakan toilet, menyentuh binatang, dan berada di tempat keramaian.
  • Jangan berbagi makanan, peralatan makan, atau barang-barang lainnya dengan orang lain.
  • Menjaga kekebalan tubuh dengan istirahat yang cukup, rutin olahraga, serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
  • Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk.
  • Mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan baju dan celana panjang ketika di luar rumah, menghilangkan genangan air, atau mengoleskan obat nyamuk di kulit atau pakaian.
  • Mendapat vaksin.

Jika ada gejala yang tidak biasa dan tak kunjung membaik, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

Sumber: hellosehat.com

Share This
  • 20
  • 21
  • 22
  • 23
  • 24
  • 25
  • 26

Layanan Unggulan

  • Royal Sport Therapy

Layanan Khusus

  • Royal Orthopaedi Services
  • Royal Beauty Clinic
  • Laser Urology & ESWL
  • Hemodialisa
  • Dry Needling

Informasi

  • BPJS Kesehatan
  • BPJS Ketenagakerjaan

Hubungi Kami

Address: Jl. Tantular No. 6 Renon, Denpasar - Bali
Phone: (+62361) 222 588
Mobile: +6281 33 755 0 555
Fax: +62361 226 051
Email: info@baliroyalhospital.co.id
Website: www,baliroyalhospital.co.id

Powered by: Bali Royal Hospital

Top