Sebenarnya, ada langkah pencegahan agar tidak cedera yang bisa Anda ikuti dan praktikkan dengan mudah. Berikut beberapa cara untuk mencegah cedera pada lutut, baik saat berolahraga atau dalam aktivitas sehari-hari.
- Pemanasan untuk mempersiapkan kondisi sendi dan otot sebelum olahraga.
- Peregangan sesudah melakukan berolahraga dengan gerakan yang ringan dan mudah.
- Bangun program latihan secara perlahan dan hindari perubahan intensitas olahraga secara tiba-tiba.
- Menggunakan sepatu olahraga yang sesuai aktivitas fisik yang Anda lakukan.
- Memakai pelindung lutut ketika melakukan beberapa olahraga, seperti bersepeda.
- Menjaga berat badan ideal agar tekanan pada lutut tidak bertambah.
- Membiasakan diri menggunakan tangga dibandingkan lift, mengendarai sepeda, dan latihan angkat beban saat berolahraga untuk melatih kekuatan kaki.
Walaupun sudah mengikuti anjuran di atas, Anda mungkin masih bisa mengalami cedera lutut. Apabila kondisi ini terjadi, segera lakukan pertolongan pertama dan segera pergi ke dokter.
Bila Anda memiliki berbagai pertanyaan seputar kondisi ini, konsultasikan ke dokter Anda untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Cedera lutut adalah salah satu jenis cedera yang paling sering terjadi. Pada kelompok atlet saja, diperkirakan sebanyak 2,5 juta atlet mengalami cedera lutut setiap tahunnya. Penanganan cedera ini bisa berupa perawatan yang sederhana hingga harus melakukan operasi. Hal ini tergantung dengan jenis cedera lutut dan tingkat keparahan yang Anda alami.
Berbagai jenis cedera lutut yang sering terjadi
Lutut sakit saat mengalami cedera bisa terjadi akibat berbagai aktivitas fisik, seperti olahraga, terjatuh, atau terbentur sesuatu. Nyeri, bengkak, kesulitan menahan beban, dan ketidakstabilan gerak merupakan beberapa gejala umum yang biasanya terjadi.
Ada beberapa macam cedera lutut yang perlu Anda ketahui. Dengan mengetahui jenis yang umum terjadi, maka memudahkan proses pengobatan yang Anda lakukan.
Berikut adalah berbagai jenis cedera lutut dan penjelasannya yang sering terjadi.
1. Keseleo atau terkilir
Keseleo atau terkilir sering kali terjadi ketika Anda mengalami cedera lutut. Bagian yang terkilir adalah ligamen atau jaringan ikat lutut. Jaringan ikat ini berfungsi melindungi tulang dan sendi serta menentukan ruang gerak dari tulang, karenanya bagian ini bersifat lentur dan fleksibel.
Lutut keseleo atau terkilir biasanya terjadi akibat melakukan beberapa olahraga, seperti sepak bola dan bola basket. Kedua olahraga ini membuat atlet sering kali mengalami pendaratan yang salah ketika melompat dan kaki bergerak dengan cepat.
Gejala yang ditimbulkan saat Anda mengalami kondisi ini adalah sakit dan nyeri ketika berjalan, serta warna kemerahan di sekitar daerah yang terkilir.
2. Cedera meniskus
Meniskus adalah bantalan sendi lutut yang berbentuk seperti cincin dan berperan mencegah lutut mengalami benturan dan menghindari tulang lutut bergesekan dengan tulang lainnya.
Cedera ini ditandai dengan robekan meniskus dan menimbulkan rasa nyeri, pembengkakan, serta lutut menjadi kaku. Kondisi ini biasa terjadi akibat Anda melakukan olahraga, di mana lutut terbentur sesuatu.
3. Patah tulang lutut
Patah tulang atau fraktur lutut terjadi akibat trauma, seperti jatuh, mengalami kecelakaan, atau cedera saat olahraga. Penderita tulang keropos atau osteoporosis terkadang juga bisa mengalami kondisi ini hanya karena salah melangkah.
Bagian tulang yang biasa mengalami patah adalah tulang tempurung lutut (patela). Jika Anda mengalami patah tulang, dokter akan menganjurkan tindakan medis, seperti operasi untuk memperbaiki kondisi ini sesegera mungkin.
4. Overuse
Overuse terjadi ketika lutut terlalu sering Anda gunakan dan kemudian timbul gangguan, seperti patellofemoral pain syndrome yang lebih banyak terjadi pada atlet lari dan sepeda. Nyeri yang muncul biasanya terasa pada bagian lutut atau belakang lutut.
Keparahan sakit yang dialami penderita cedera lutut ini bisa berbeda-beda. Tingkat keparahan dan rasa sakitnya akan meningkat jika Anda melakukan aktivitas berat. Kondisi ini bisa sembuh apabila Anda mengurangi aktivitas sementara dan beristirahat yang cukup.
5. Dislokasi
Dislokasi dapat terjadi karena benturan keras dan cedera pada lutut pada saat berolahraga atau mengalami kecelakaan. Kondisi ini dapat memengaruhi bagian sendi dan tempurung lutut.
Dislokasi sendi lutut adalah cedera langka, namun dapat menimbulkan kerusakan parah pada anatomi lutut, pembuluh darah, dan saraf di sekitarnya. Sehingga, kondisi ini perlu penanganan darurat dan prosedur beda.
Sementara, dislokasi tempurung lutut (patela) dapat terjadi saat bagian ini bergeser ke sisi lutut. Pengobatan kondisi ini berupa pengembalian tempurung lutut ke posisi semula dan terapi fisik.
6. Cedera ACL
Anterior cruciate ligament (ACL) adalah salah satu dari empat ligamen yang menghubungkan tulang kering dan tulang paha. Cedera ACL lebih rentan pada beberapa orang yang sering melakukan aktivitas olahraga, seperti sepak bola dan basket.
Cedera akibat robeknya ACL biasanya disebabkan karena mengubah arah dengan cepat atau salah mendarat setelah lompatan. Kondisi ini umumnya terjadi bersamaan dengan bagian, seperti meniskus dan ligamen lainnya.
7. Bursitis
Bursitis adalah cedera sendi yang memengaruhi bagian bursa, yakni kantong lendir berisi cairan yang berfungsi melindungi bagian luar sendi lutut sehingga tendon dan ligamen dapat bergerak mulus pada sendi.
Kondisi yang juga disebut sebagai radang kantung lendir lutut ini bisa terjadi saat bursa mengalami iritasi atau infeksi, sehingga meradang dan menimbulkan rasa sakit pada lutut.
Apa saja pertolongan pertama pada cedera lutut?
Saat mengalami cedera, Anda harus segera mendapatkan pertolongan dalam 48 hingga 72 jam pertama. Dikutip dari Better Health Channel, saran pertolongan pertama saat mengalami cedera lutut antara lain sebagai berikut.
- Segera hentikan semua aktivitas fisik yang Anda lakukan.
- Jangan memaksakan untuk berjalan dan sebaiknya istirahatkan sendi lutut.
- Gunakan kompres es selama 15 menit setiap beberapa jam untuk mengurangi rasa sakit, bengkak, dan perdarahan internal.
- Hindari menggunakan air hangat atau balsem saat mengalami cedera lutut.
- Perban lutut dengan kuat untuk mencegah pergeseran apabila mengalami patah tulang atau dislokasi sendi.
- Berbaring telentang dan angkat ke atas pada kaki yang cedera.
- Hindari hal-hal yang mendorong perdarahan dan pembengkakan pada lutut, seperti pemberian alkohol dan memijat persendian.
Jika Anda mengalami rasa sakit parah, pembengkakan, mulai pincang, hingga tidak bisa menggerakan lutut, sebaiknya segera pergi ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis.
Baca Juga: Cara menghindari cedera lutut
Secara umum pengobatan cedera lutut secara medis terbagi dua, yakni perawatan non-bedah dan perawatan bedah.
Perawatan non-bedah
Jika Anda mengalami cedera lutut dengan tingkat keparahan ringan hingga sedang, beberapa tindakan sederhana berikut bisa membantu untuk mengatasinya.
- Imobilisasi. Perawatan untuk mencegah lutut Anda bergerak selama proses pemulihan. Penderita patah tulang akan menggunakan gips untuk menahan tulang di tempatnya hingga sembuh.
- Fisioterapi. Metode terapi fisik dan latihan khusus untuk mengembalikan fungsi lutut dan memperkuat otot kaki kembali.
- Obat-obatan. Konsumsi obat anti-inflamasi non steroid, seperti aspirin dan ibuprofen bisa membantu mengurangi nyeri dan bengkak.
Perawatan bedah
Beberapa kondisi patah tulang dan cedera sekitar lutut, seperti cedera ACL robek memerlukan prosedur pembedahan untuk memulihkan fungsi kaki Anda sepenuhnya. Anda bisa menjalani dua prosedur operasi, yakni operasi artroskopi dan operasi terbuka.
- Operasi artroskopi. Teknik bedah mikro yang melibatkan pemeriksaan bagian dalam lutut dengan memasukkan instrumen teleskop melalui sayatan kecil pada lutut.
- Operasi terbuka. Teknik bedah melalui sayatan yang lebih besar agar ahli bedah lebih mudah memperbaiki struktur lutut yang cedera.
Tahukah Anda bahwa penularan penyakit infeksi bisa terjadi kapan pun, di mana pun, dan lewat perantara apa pun, bahkan dari hal-hal yang tidak Anda sadari? Inilah mengapa pencegahan infeksi hari dimulai dari hal kecil yang Anda lakukan sehari-hari.
Berikut berbagai kebiasaan yang bisa Anda praktikkan.
1. Rutin mencuci tangan
Tangan menjadi bagian tubuh yang paling sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Mulai dari mengeluarkan uang, memegang kenop pintu, hingga bersalaman dengan orang yang Anda temui bisa membuat tangan tidak lagi steril.
Padahal, mikrob penyebab penyakit infeksi akan terus menempel di tangan hingga Anda membersihkannya. Bakteri yang tak kasatmata membuat tangan seolah tampak bersih sehingga Anda langsung makan tanpa mencuci tangan terlebih dulu.
Akibatnya, sakit perut, diare, dan masalah pencernaan lainnya bisa menyerang Anda. Sebagai cara mencegah penyebaran infeksi yang berasal dari tangan, Anda perlu menerapkan kebiasaan mencuci tangan ini.
Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai langkah pencegahan infeksi, terutama:
- sebelum makan,
- sebelum memegang, mengolah, dan menyiapkan makanan
- setelah buang air besar, serta
- setelah melakukan kontak dengan hewan, tanah, dan fasilitas umum, seperti angkutan umum.
Untuk pencegahan infeksi yang lebih optimal, usahakan untuk mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik.
Bersihkan seluruh bagian tangan dari mulai telapak dan punggung tangan hingga sela-sela jari serta kuku. Bilas dengan air mengalir dan keringkan tangan menggunakan tisu atau lap kering yang bersih.
2. Gunakan masker mulut
Udara yang setiap hari Anda hirup tidak terlepas dari bakteri, virus, dan parasit yang bisa masuk dan menyerang sistem kekebalan tubuh Anda. Apalagi jika Anda sering menggunakan fasilitas umum. Menutupi hidung dan mulut dengan menggunakan masker menjadi salah satu cara efektif untuk mencegah penyebaran infeksi bakteri, virus, maupun mikrob lain yang bisa menyebabkan penyakit.
Penularan penyakit di angkutan dan tempat-tempat umum bisa terjadi dengan sangat cepat, terlebih jika Anda bersebelahan dengan orang sakit yang bersin atau batuk.
Cara ini pula yang umumnya menjadi cara penularan beberapa penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus, seperti flu dan COVID-19. Virus yang dikeluarkan saat batuk atau bersin dapat terhirup sehingga membuat Anda tertular penyakit tersebut. Untuk mencegah infeksi dari kontak dekat di tempat umum dan ruangan tertutup, lindungi diri Anda dengan menggunakan masker wajah.
Baca Juga: Pantangan Bagi Penderita Sinusitis, Mulai dari Aktivitas Sampai Makanan
3. Jangan berbagi barang pribadi
Sikat gigi, handuk, sapu tangan, dan alat makan termasuk barang pribadi yang sebaiknya tidak dipinjamkan kepada orang lain. Menggunakannya secara bergantian bisa membuat barang-barang tersebut menjadi sumber penularan penyakit infeksi.
Walaupun orang yang hendak meminjam terlihat sehat, Anda tidak pernah tahu kondisi kesehatan seseorang dari luarnya saja. Begitu pun sebaliknya, Anda juga bisa menularkan penyakit karena kebiasaan berbagi alat makan dengan orang lain. Oleh karena itu, menggunakan barang pribadi tanpa meminjamkannya pada orang lain menjadi kebiasaan yang penting diterapkan untuk pencegahan penyakit infeksi.
Kebiasaan ini tak hanya bermanfaat untuk melindungi kesehatan Anda, tapi juga mencegah penularan infeksi pada orang lain di sekitar Anda.
4. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan kotor
Menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan kotor bisa memindahkan kuman yang ada di tangan ke dalam tubuh. Hidung memiliki suhu hangat dan lembap sehingga menjadi tempat favorit virus dan bakteri untuk berkembang biak.
Selain itu, mata dan mulut merupakan bagian tubuh yang dilapisi jaringan basah (mukosa). Hal ini membuat bakteri lebih mudah terperangkap, lalu hidup dan berkembang dalam jaringan. Sebagai cara mencegah infeksi, jangan sentuh ketiga bagian ini dan bagian tubuh lainnya saat tangan dalam keadaan kotor. Sebelum menyentuh mata, hidung, dan mulut, pastikan Anda mencuci tangan dengan sabun terlebih dulu.
5. Jangan jajan sembarangan
Apakah Anda termasuk orang yang senang jajan? Jika ingin mencegah infeksi, mulai sekarang pastikan Anda lebih jeli lagi sebelum membeli makanan di pinggir jalan. Ini karena makanan yang dibeli di luar tidak terjamin kebersihannya, baik dari proses pembuatannya maupun penyimpanan.
Untuk itu, pandai-pandailah dalam memilih jajanan. Bukannya tidak boleh, tetapi cobalah untuk membeli makanan yang ditaruh di etalase tertutup untuk pencegahan infeksi. Hindari kebiasaan jajan sembarangan, apalagi memilih membeli makanan yang dibiarkan terbuka tanpa penutup apa pun.
Makanan yang dibiarkan terbuka akan lebih mungkin terkontaminasi zat lain yang bisa menimbulkan infeksi. Selain itu, coba perhatikan apakah penjual memperhatikan kebersihan dagangannya yang terlihat dari kebersihan etalase dagangan dan perlengkapan makan yang digunakannya.
Sumber: hellosehat.com