- Melihat asupan darah yang mengalir ke jantung saat melakukan aktivitas fisik.
- Mendeteksi kelainan irama jantung dan aktivitas listrik di jantung.
- Melihat seberapa baik katup jantung bekerja.
- Menilai tingkat keparahan penyakit arteri koroner yang terjadi pada pasien.
- Menilai seberapa efektif rencana pengobatan jantung yang sudah dilakukan.
- Menentukan batas-batas latihan fisik yang aman sebelum memulai program rehabilitasi jantung akibat dari serangan jantung atau operasi jantung.
- Mengevaluasi denyut jantung dan tekanan darah.
- Mengetahui tingkat kebugaran fisik pasien.
- Menentukan prognosis seseorang terkena serangan jantung atau meninggal akibat penyakit jantung.
Anda mungkin pernah mendengar sendi mengeluarkan bunyi saat melakukan gerakan tertentu. Bahkan, Anda mungkin menjadi ketagihan mendengar bunyi “krek” setiap meregangkan sendi yang terasa pegal linu dan kaku.
Bahkan, terkadang, bunyinya bisa sangat keras hingga terdengar oleh orang yang ada di sekitar Anda. Adapun kondisi ini bisa terjadi pada siapa pun dan usia berapa pun. Namun, sendi lebih sering bunyi seiring dengan pertambahan usia.
Pada dasarnya, sendi yang berbunyi merupakan kondisi yang umum. Persendian yang bunyi pun normal terjadi serta tidak berbahaya selama tidak menimbulkan rasa nyeri. Ini artinya, Anda tidak perlu khawatir jika persendian Anda mengeluarkan suara “krek” secara tiba-tiba setelah Anda melakukan pergerakan tertentu.
Meski begitu, sendi bunyi yang terjadi terus menerus dan disertai dengan rasa sakit atau pembengkakan bisa menandakan suatu masalah yang serius. Pada kondisi ini, Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter. Hal tersebut menandakan Anda mengalami cedera atau masalah persendian tertentu yang membutuhkan perawatan.
Ada beberapa alasan mengapa sendi bisa berbunyi “krek”, seperti berikut ini.
1. Terjadi pengeluaran udara dari cairan
Cairan sinovial yang terdapat pada sendi berfungsi sebagai pelumas. Nah, cairan ini mengandung oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida. Saat sengaja ingin membuat bunyi “krek” dari persendian, Anda meregangkan kapsul sendi.
Pada saat itu, terjadi pelepasan gas yang terkandung dalam cairan dan berlangsung sangat cepat hingga membentuk gelembung.
Jika ingin mengulang bunyi yang sama lagi, Anda perlu menunggu beberapa saat hingga gas kembali ke dalam cairan sinovial.
2. Pergerakan sendi, tendon, dan ligamen
Saat sendi bergerak, posisi tendon pun bergeser sedikit keluar dari posisi awal. Nah, saat tendon kembali ke posisi semula, Anda mungkin akan mendengar bunyi “krek”. Pada waktu yang bersamaan, ligamen akan semakin menegang. Hal ini sering terjadi pada sendi lutut atau pergelangan kaki dan bisa menimbulkan bunyi yang sama.
3. Permukaan sendi yang kasar
Bagi penderita arthritis, sendi dalam tubuhnya akan lebih sering mengeluarkan bunyi “krek”. Hal ini terjadi karena hilangnya tulang lunak yang halus dan permukaan sendi yang menjadi kasar.
Adapun beberapa kondisi berikut ini bisa menjadi penyebab dari sendi berbunyi yang menimbulkan rasa sakit cukup serius.
- Arthritis (radang sendi) atau osteoarthritis.
- Cedera meniskus (cedera pada tulang rawan di lutut).
- Patellofemoral pain syndrome (PFS/sindrom nyeri tempurung lutut).
- Peradangan pada tendon.
Bagaimana cara mengatasi sendi yang sering bunyi?
Pada dasarnya, sendi bunyi pada kondisi normal tak membutuhkan perawatan apa pun. Jika butuh, pengobatan rumahan sudah cukup untuk meredakan gejalanya. Misalnya, Anda bisa beristirahat serta kompres es, kompresi (menekan), dan mengangkat bagian tubuh yang terkena.
Namun, pada kondisi tertentu, pengobatan medis mungkin diperlukan. Ini terutama jika sendi sering bunyi terkait dengan kondisi medis tertentu dan menimbulkan rasa sakit.
Adapun jenis pengobatan yang diberikan tergantung pada kondisi medis yang Anda miliki. Berikut adalah beberapa pilihan pengobatan yang mungkin dokter berikan.
- Penyangga atau belat, untuk membantu menyelaraskan lutut, bahu, atau siku, sehingga cedera sembuh.
- Terapi fisik.
- Penggunaan alat ortotik, seperti sisipan khusus di sepatu untuk meredakan nyeri dan membantu Anda tetap aktif.
- Obat pereda nyeri.
- Operasi, seperti artroskopi untuk mengobati PF atau penggantian sendi.
Jadi, bolehkah membunyikan sendi secara sengaja?
Pada dasarnya, sendi yang mengeluarkan bunyi saat melakukan peregangan tidak akan menyebabkan masalah serius pada sistem gerak tubuh. Jadi, sekali dua kali melakukannya mungkin tak akan memberi dampak yang besar. Namun, sebaiknya Anda jangan terlalu sering melakukannya dan tetap berhati-hati saat meretakkan jari atau meregangkan tubuh untuk mengeluarkan bunyi pada persendian. Jangan meregangkan tubuh atau menekan ruas jari terlalu kuat. Perhatikan juga arah retakkan ruas jari Anda.
Pada kondisi ini, Anda mungkin mengalami cedera ligamen atau bahkan jari Anda terkilir. Sementara itu, sebuah studi pun menunjukkan bahwa sendi bunyi akibat sering meretakkan ruas jari dapat merusak jaringan lunak sendi. Hal ini dapat menyebabkan cengkeraman yang lemah serta tangan yang bengkak.
Jadi, daripada sengaja menghasilkan bunyi “krek” saat melakukan peregangan, lebih baik untuk memperbanyak aktivitas fisik setiap kali merasakan pegal. Semakin aktif Anda bergerak, akan semakin banyak persendian melumasi dirinya sendiri sehingga tidak akan menimbulkan bunyi.
- Sumber: hellosehat.com
- Image : istockphoto.com
Saat bermain sepak bola, Anda rentan mengalami benturan langsung dengan pemain lain. Kontak fisik keras bisa terjadi hampir setiap saat, mulai dari menggiring bola, merebut bola dengan kaki atau beradu kepala di udara, sampai saat menendang bola ke gawang.
Itulah mengapa risiko cedera dalam olahraga sepak bola cukup tinggi. Bagian tubuh yang umum mengalami cedera adalah pergelangan kaki, otot, paha, dan lutut. Namun, tak menutup kemungkinan pemain sepak juga mengalami cedera olahraga di bagian tubuh atas. Penjaga gawang bahkan sangat rentan terkena cedera kepala, terutama ketika melompat untuk menangkap bola lalu jatuh dengan posisi yang salah.
Inilah beberapa jenis cedera yang umum dialami saat bermain sepak bola.
Cedera kepala dan leher
Cedera kepala dan leher umumnya terjadi bersamaan. Jenis cedera yang mungkin dialami pemain sepak bola adalah retak, dislokasi, hingga patah tulang leher. Setelah mengalami benturan dan mengalami cedera kepala dan leher, pemain biasanya akan mengeluhkan beberapa gejala seperti berikut.
- Rasa baal atau mati rasa, kesemutan, serta panas.
- Nyeri seperti ditusuk jarum.
- Tanda-tanda kelemahan atau kelumpuhan otot, misal tidak kuat menggenggam.
Gegar otak
Gegar otak atau concussion merupakan kasus yang paling umum terjadi saat pemain mengalami benturan kepala dalam pertandingan. Kondisi ini umumnya tidak sampai menyebabkan pemain kehilangan kesadaran.
Pemain yang mengalami gegar otak biasanya akan memegang kepala dan terbaring lama setelah benturan. Saat berdiri kembali, pemain akan kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh. Gegar otak juga bisa membuat pemain kebingungan dan kesulitan konsentrasi sehingga tidak bisa melanjutkan permainan.
Baca Juga: Penyakit Kronis, Gejala dan Penyebabnya
Pergelangan kaki terkilir
Keseleo pergelangan kaki atau cedera engkel terjadi ketika ada peregangan dan robeknya ligamen di sekitar sendi pergelangan kaki. Keseleo pergelangan kaki lateral (di luar pergelangan kaki) dapat terjadi dalam sepak bola ketika seorang pemain menendang bola dengan bagian atas kaki mereka.
Keseleo pergelangan kaki medial (di dalam pergelangan kaki) dapat terjadi ketika jari-jari kaki diputar keluar saat kaki ditekuk ke atas.
Tendinitis Achilles
Tendinitis achilles adalah cedera kronis yang terjadi akibat penggunaan berlebihan pergelangan kaki bagian belakang. Cedera ini awalnya mungkin bersifat ringan, tapi ketika pemain bola melakukan gerakan berulang, misalnya berusaha mempertahankan bola dengan kaki belakang, cedera bisa berkembang menjadi lebih berat.
Sinusitis terjadi ketika jaringan sinus membengkak sehingga membuat aliran lendir tersumbat. Lendir membuat tekanan pada wajah sampai sakit pada kepala. Sinusitis juga bisa membuat hidung tersumbat yang sangat mengganggu aktivitas. Nah, bagi penderita sinusitis, ada serangkaian pantangan yang perlu Anda perhatikan. Untuk lebih jelasnya, berikut pantangan bagi penderita sinusitis.
1. Berada di udara yang kering
Udara yang kering akan membuat kondisi sinus lebih parah karena tidak ada kelembapan yang dihirup oleh hidung. Mengutip dari Harvard Health Publishing, sebaiknya Anda menggunakan humidifier atau pelembap ruangan di kamar tidur.
Pelembap udara dapat membantu mencegah saluran hidung mengering. Tetap jaga udara ruangan tetap bersih dan bebas dari bakteri serta jamur.
2. Naik pesawat terbang
Naik pesawat terbang merupakan pantangan bagi penderita sinusitis. Pasalnya, tekanan udara yang berbeda bisa memicu nyeri telinga yang tidak tertahankan. Namun, kalau Anda memang mendadak harus naik pesawat terbang, sebaiknya tutup lubang hidung dan mulut, kemudian mencoba bernapas lewat hidung.
Nantinya Anda akan merasa udara tertahan di hidung. Anda juga bisa menguap dan menelan saat pesawat sedang lepas landas atau mendarat. Kegiatan tersebut membantu menjaga saluran tenggorokan ke telinga tetap bersih.
3. Menghirup polusi udara
Ada penderita sinusitis yang memiliki alergi terhadap partikel polusi udara. Ketika terpapar alergen tersebut, sistem kekebalan tubuh akan menganggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya.
Sebagai langkah perlindungan, tubuh memproduksi zat kimia yang membuat selaput lendir hidung bengkak. Produksi lendir hidung yang meningkat bisa menyebabkan sinusitis semakin parah.
Tidak menutup kemungkinan, kondisi ini bisa menjadi sinusitis kronis bila berlangsung lebih dari 3 minggu. Mengutip dari John Hopkins Medicine, bernapas pada udara yang kotor menyebabkan gangguan pada saluran sinus.
4. Konsumsi minuman beralkohol
Pada dasarnya, minuman beralkohol memang tidak baik untuk kesehatan, tetapi sebagian orang masih bisa mengonsumsinya. Namun, untuk penderita sinusitis, minuman ini menjadi pantangan.
Saat menderita sinusitis, Anda memang membutuhkan banyak cairan, tetapi bukan berarti bisa minum minuman beralkohol. Minuman beralkohol justru membuat tubuh dehidrasi dan menyebabkan sinus serta lapisan hidung membengkak. Hal ini bisa memperburuk kondisi sinusitis Anda.
5. Berenang
Ada beragam manfaat berenang untuk kesehatan, seperti melatih pernapasan dan otot-otot tubuh. Namun, bagi yang sedang mengalami sinusitis, berenang adalah pantangan yang sebaiknya tidak dilakukan.
Kandungan klorin pada air kolam renang bisa masuk ke telinga dan memperparah iritasi. Meski begitu, masih perlu penelitian lebih dalam mengenai hal ini. Untuk mengurangi risiko sinusitis lebih parah, Anda bisa menggunakan penjepit hidung dan penutup telinga saat berenang. Kedua alat ini bisa menurunkan risiko perburukan pada sinusitis.
Baca Juga: Kandungan Gizi dalam Kolak Pisang, Menjaga Tubuh Tetap Bertenaga
6. Membuang ingus terlalu kencang
Saat membersihkan hidung dari ingus, pantangan sinusitis adalah mendorong ingus terlalu kencang. Terlalu kuat saat membuat ingus bisa membuat iritasi saluran hidung. Selain itu, cara ini juga berisiko mendorong lendir yang mengandung bakteri ke dalam sinus. Jadi, sebaiknya, Anda mengeluarkan ingus dengan lembut dan lakukan bergiliran dari lubang kiri lalu kanan.
7. Memakai antihistamin tanpa resep dokter
Sifat dari antihistamin bisa membuat lendir menjadi lebih kental dan sulit Anda keluarkan. Oleh karena itu, Anda hanya boleh mengonsumsi obat ini bila sudah mendapat resep dari dokter. Biasanya, dokter memberikan antihistamin bila alergi yang menjadi penyebab sinusitis.
8. Merokok
Mengutip dari Cleveland Clinic, asap rokok bisa meningkatkan risiko infeksi sinusitis. Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif yang hanya menghirup kepulan asapnya saja sudah berisiko terkena infeksi. Racun dalam rokok bisa menyebabkan iritasi pada saluran napas bagian atas. Amonia dan formaldehid juga bisa menyebabkan hidung dan sinus memproduksi lebih banyak lendir.
Jika produksi lendir terlalu banyak, Anda rentan mengalami pilek, alergi, sampai gangguan pada paru-paru. Peradangan sinusitis terjadi pada rongga udara belakang tulang pipi dan dahi. Bila Anda merasa gejala semakin parah dan nyeri wajah tidak tertahankan, segera periksa ke dokter agar mendapat penanganan lebih lanjut.
9. Produk susu dan olahannya
Produk susu dan olahan kerap dianggap dapat meningkatkan produksi lendir dan dahak yang berisiko memperparah gejala sinusitis. Itu sebabnya, kelompok makanan dan minuman ini, termasuk susu, keju, yoghurt, dan lainnya, dikelompokkan sebagai pantangan untuk penderita sinusitis.
Jika Anda merasa gejala sinusitis bertambah parah setelah mengonsumsi makanan dan minuman olahan susu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter dan coba hindari asupan makanan dan minuman ini. Anda bisa mengonsumsi buah-buahan sebagai makanan sehat untuk penderita sinusitis.
Sumber: hellosehat.com
Tahu dan tempe adalah makanan lokal yang sangat terkenal di Indonesia. Selain mudah ditemukan dan harganya juga terjangkau, dua makanan yang terbuat dari kacang kedelai ini juga bergizi tinggi sehingga punya banyak manfaat bagi tubuh. Lalu jika mau menurunkan berat badan, apakah tempe dan tahu cocok dijadikan menu makan sehari-hari?
Kandungan gizi tempe dan tahu
Berdasarkan data komposisi pangan Indonesia dari Kementrian Kesehatan RI, 100 gram tempe dan tahu memiliki kandungan gizi yang berbeda.
Kandungan gizi dalam 100 gram tempe:
- Energi: 150 kal
- Protein: 14 gram
- Lemak: 7,7 gram
- Karbohidrat: 9,1 gram
- Serat : 1,4 gram
- Kalsium: 517 mg
- Natrium: 7 mg
- Fosfor: 202 mg
Kandungan gizi dalam 100 gram tahu:
- Energi: 80 kal
- Protein: 10,9 gram
- Lemak: 4,7 gram
- Karbohidrat: 0,8 gram
- Serat : 0,1 gram
- Kalsium: 223 mg
- Natrium: 2 mg
- Fosfor: 183 mg
Meski sama-sama terbuat dari kedelai, bisa dilihat dari informasi di atas bahwa secara kandungan gizi, tempe lebih padat nutrisi dibandingkan tahu. Jumlah alori, protein, karbohidrat, dan lemak dalam tempe lebih banyak daripada tahu. Tempe juga memiliki serat yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahu. Sementara itu, tahu mengandung lebih banyak mineral yang berasal dari senyawa koagulan yang memadatkan sari kedelai. Kandungan vitamin tempe lebih banyak berasal dari hasil fermentasi.
Lalu, mana yang lebih cocok untuk menurunkan berat badan?
Tempe dan tahu keduanya pada dasarnya adalah sumber protein nabati yang baik untuk mengendalikan berat badan. Maka dari itu, keduanya sah-sah saja jika dimakan untuk Anda yang sedang menurunkan berat badan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pola makan tinggi protein nabati dapat meningkatkan kerja metabolisme tubuh untuk membakar kalori yang lebih banyak setiap kali makan.
Makan makanan berprotein tinggi juga dapat membantu mengendalikan nafsu makan dengan membuat Anda merasa kenyang lebih cepat dan lebih lama sehingga mengurangi rasa lapar. Sebuah penelitian bahkan mencatat bahwa protein kedelai sama efektifnya seperti protein hewani untuk menekan nafu makan.
Meski begitu, dilansir dari Livestrong, protein kedelai memiliki efek yang lebih besar pada penurunan berat badan dibandingkan jenis protein lainnya. Sebuah penelitian menemukan bahwa orang-orang yang mendapatkan asupan protein hanya dari makanan olahan kedelai mengalami penurunan massa lemak tubuh dan penurunan kolesterol daripada orang-orang yang mendapatkan asupan proteinnya dari daging.
Selain itu, tempe dan tahu juga termasuk makanan yang rendah lemak dan rendah kalori. Maka, tidak heran jika makan tempe dan tahu tidak membuat berat badan mudah naik. Namun tentunya, pastikan cara pengolahan tempe dan tahu Anda sudah tepat jika ingin menurunkan berat bada. Jangan masak tahu dan tempe dengan menggorengnya dalam minyak banyak, tapi cukup dengan dipepes, ditumis, direbus, dipanggang, atau dikukus.
Sumber: hellosehat.com